HATI-HATI DENGAN RAJA SINGA
Penyakit Sifilis (orang awam menyebutnya raja singa), penyakit dengan kategori Penyakit Menular Seksual (PMS) masa yang terjadi dalam periode kronik Sifilis menyebabkan si penderita tidak menyadari adanya bakteri Sifilis dalam tubuhnya. Penyakit Sifilis ini pertama diketahui pada akhir abad 19 dan termasuk penyakit menular seksual yang pertama kali terjadi. Penyakit ini bersifat kronik (berlangsung lama) dan dapat menyerang secara sistemik (seluruh organ tubuh) yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum (suatu kuman yang berbentuk sprial dan dapat bergerak dengan sangat lincah). Cara penularannya bisa melalui hubungan seksual (cairan sperma dan vagina), tranfusi darah, dan dari ibu kepada bayinya melalui plasenta.
Masa inkubasi bakteri sifilis berlangsung satu minggu sampai tiga bulan sejak kontak dengan penderita. Bakteri ini masuk melalui luka dan tranfusi darah kemudian masuk dalam kelenjar limpe dan kemudian masuk ke sistem sirkulasi. Jika tidak diobati infeksi Sifilis muncul dalam beberapa periode yang memiliki gejala dan karakteristik berbeda.
Penyakit ini telah menjalar ke seluruh dunia dan menyerang berjuta-juta orang. Penyebarannya adalah melalui hubungan kelamin (sexual intercourse), dan banyak terdapat di kota-kota besar terutama kota-kota pelabuhan atau perdagangan. Walaupun sekarang insidensinya menurun, tetapi penyakit sifilis masih perlu mendapat perhatian. Hal ini disebabkan karena akibat yang timbul merupakan gejala sistemik yang sangat luas.
Mengapa penyakit ini disebut sifilis ?
Hal ini disebabkan karena adanya suatu sajak yang ditulis pada tahun 1530. Pengarangnya bernama FRACASTORO seorang dokter yang juga seorang ahli sajak yang hidup di Verona, Italia. Dia telah menerbitkan suatu sajak yang diberi nama sifilis, yang menceritakan pengembalaan babi yang bernama Sifilis yang mendapat amarah dari Dewa Apollo.
Sehingga dewa tersebut menjatuhkan hukuman berupa suatu penyakit yang sangat dahsyat sebagai hukumannya. Tanda-tanda mengenai penyakit yang terdapat pada sajak tersebut dilukiskan sangat mirip dengan tanda-tanda penyakit baru yang saat ini sedang melanda negara Itali. Akibat tersebar luasnya di masyarakat, maka nama sifilis lalu diterapkan begitu saja pada penyakit baru tersebut dan nama tersebut tetap digunakan hingga sekarang.
Asal Usul Penyakit Sifilis
Terdapat banyak pendapat dan spekulasi tentang asal usul penyakit sifilis ini. Tetapi hanya ada dua teori utama yang menjelaskan asal-usul penyakit ini. Teori itu adalah :
1. Columbian atau New World Theory
Sesuai dengan teori ini, penyakit ini belum dikenal di Eropa sebelum tahun 1942. Pada tahun ini Christopher Colombus melakukan suatu pelayaran bersejarah dengan melintasi lautan Atlantik. Para pelautnya dikatakan telah dijangkiti penyakit sifilis oleh wanita-wanita setempat di pulau Hispaniola di Hindia Barat. Pada pelayaran kembali ke Eropa penyakit ini terus berkembang dengan gejala-gejala berupa bercak-bercak berwarna tembaga pada setiap penderita yang disebut sebagai Indian Measles. Sesudah tahun 1943 timbulah epidemic penyakit ini di seluruh Eropa.
2. Unitarian atau African Theory
Menurut teori ini, penyakit ini sudah ada sejak berabad-abad sebelumnya. Penaykit ini kemudian menyebar dengan adanya perpindahan penduduk dan perdagangan budak kenegaraan Amerika.
Dengan adanya perbedaan udara di Afrika yang panas dengan negara-negara Amerika yang berhawa dingin, maka kuman-kuman penyakit sifilis lalu menyesuaikan diri dengan perpindahan ke bagian badan yang panas yaitu di sekitar alat genital (kemaluan). Dan akibatnya penyakit ini lalu menjadi penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin
APA AJA TAHAPNYA ?
Tahap I (Sifilis Primer)
Gejalanya muncul 9-10 hari setelah kontak dengan penderita. Gejala yang dilihat berupa lenting merah (papul) disekitar penis dan bibir kemaluan. Papul tersebut lama kelamaan akan berisi air dan membesar hingga menjadi luka (ulkus durum). Luka ini tidak terasa sakit atau nyeri bahkan cenderung bersih tidak seperti luka pada umumnya. Ulkus durum akan hilang dengan sendirinya namun bakteri Tropenema Pallidum tetap berkembang dan mulai masuk tahap kedua.
Tahap II (Sifilis Sekunder)
Mulai terdeteksi 1-3 bulan setelah terinfeksi. Tahap ini ditandai dengan munculnya ruam atau bercak kemerahan yang tidak gatal pada kulit. Ruam seperti penyakit tampek ini paling banyak ditemukan pada telapak tangan dan kaki. Kemudian terjadi pembesaran kelenjar getah bening diseluruh tubuh. Stadium sekunder juga ditandai dengan timbulnya papul, makula (bercak merah) serta bintil merah berair dan timbul disela-sela tubuh yang lembab seperti ketiak dan sela-sela paha. Kadang papul muncul juga pada selaput lendir di dinding belakang kerongkongan (faring). Gejala umum yang telihat bisa terjadi demam yang akan hilang dengan sendirinya tanpa diobati.
Tahap III (Sifilis Laten)
Tahap ini ditandai dengan tidak terdeteksinya gejala pada kulit dan manifestasi yang muncul pada stadium sekunder sudah tidak nampak, dalam fase ini bakteri Sifilis sulit terdeteksi kecuali si penderita memeriksakan darah dengan alat khusus penderita Sifilis. Saat ini banyak penderita laten tidak mengetahui dirinya mengidap Sifilis karena tidak ada keluhan dan gelaja yang ditimbulkan. Namun infeksi terus berlangsung dan menyerang organ tubuh bagian dalam hingga akhirnya menyebabkan kelainan sistemik. Sifilis akan diketahui penderita setelah tanpa sengaja memeriksakan darahnya. Tahap Sifilis laten terbagi dua yaitu :
1. laten dini yang berlangsung antara satu bulan hingga satu tahun
2. laten lanjut yang berlangsung diatas satu tahun.
Sifilis laten cukup rentan ditularkan kepada orang lain. Dalam kasus laten lanjut, serangan terjadi pada organ tubuh bagian dalam berupa benjolan-benjolan yang disebut gummata. Biasanya menyerang otak, paru-paru, jantung & pembuluh darah, dan jaringan kulit serta sistem syaraf. Jika gummata-gummata tersebut hancur maka hanya tinggal lubang-lubang bundar yang akan berlangsung hingga bertahun-tahun sampai bakteri Sifilis masuk stadium empat atau tahap kronis.
Tahap/stadium IV (Sifilis Tersier/Kronis)
Muncul antara 5-30 tahun dan ditandai dengan kerusakan organ tubuh bagian dalam yang bersifat permanen. Gangguan banyak timbul pada jaringan otak, pembuluh darah dan jantung, sistem syaraf dan sumsum tulang belakang. Kondisi kronis ini disebut dengan neurelous dan menyebabkan rasa nyeri pada organ yang terserang. Pengobatan pada tahap kronis cukup sulit karena kerusakan sistemik yang ditimbulkannya. Memerlukan waktu satu bulan hingga tahunan bahkan seumur hidup tergantung tingkat kerusakan yang diderita.
Sifilis Kongenital
Terjadi sejak masih dalam kandungan yang ditularkan ibu kepada bayinya melalui plasenta. Sifilis Kongenital diawali dengan Kongenital dini yang berlangsung antara 1-2 tahun dan Kongenital lanjut yang menyerang balita di atas 2 tahun. Resiko penularan terhadap janin 90 persen terjadi pada ibu yang menderita Sifilis tahap primer hingga tahap laten dini.
Kerusakan pada bayi dengan Sifilis Kongenital akan menghambat proses pertumbuhannya. Umumnya terjadi pada kelainan pada wajah, kelainan syaraf mata, kelainan pertumbuhan gigi, dan kelainan pada tulang. Balita dengan Sifilis Kongenital dini resiko kerusakan pada organ-organ tubuhnya cukup tinggi. Meski pada dasarnya tidak menimbulkan kemandulan secara langsung pada laki-laki atau perempuan. Inferlititas terjadi jika Sifilis memasuki stadium kronis hingga menyerang organ-organ reproduksi.
Penyakit menular seksual hingga saat ini terus berkembang dan semakin sulit diobati. Cara terbaik mencegah penyebaran PMS adalah tidak bergonta-ganti pasangan secara bebas. Di samping memperhatikan kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitarnya. Penyakit PMS juga beresiko tinggi menyerang mereka yang berhubungan seksual sesama jenis. Belajar dari sejarah masa lalu ketika kaum Nabi Luth dibenamkan dalam bumi karena perilaku yang menyimpang dari agama dan Sunnatullah. Sungguh azab Allah SWT akan tiba ketika manusia telah ingkar kepada-Nya. Nau’dzubillah.
Untuk konsultasi pengobatan ramuan herbal
hubungi 021-99826827 / 081317314251
.