Kamis, 05 November 2009

Kanker Leher Rahim

Kanker Leher Rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).

Kanker ini terjadi pada saluran leher rahim, bagian bawah rahim yang memasuki vagina. Sekitar 80-90% sel kanker terbentuk pada permukaan sel leher rahim (skuamosa sel karsinoma). Sementara 10-15% terjadi pada permukaan sel kelenjar (adenokarsinoma).

Kanker leher rahim merupakan kanker terbanyak ke-2 (dua) pada perempuan. Di seluruh dunia, 500.000 kasus didiagnosa setiap tahunnya. Penyakit ini lebih umum terjadi pada perempuan paruh baya, atau yang memiliki status sosial ekonomi rendah.

Penyebab kanker ini masih belum diketahui. Namun, diduga terkait erat dengan virus HIV (Human Papilloma Virus) yang ditularkan secara seksual. Hampir 80% kasus terjadi pada perempuan yang mengidap HPV. Virus HIV pun mendukung perkembangan sel-sel kanker karena mengurangi sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi. Aktifitas seksual sangat berperan meningkatkan risiko tertular virus HPV dan HIV, antara lain berganti-ganti pasangan, hubungan seksual pada usia muda, serta pernah terkena penyakit menular seksual (PMS). Trauma pada leher rahim akibat persalinan, infeksi dan iritasi menahun juga meningkatkan risiko terjadinya kanker leher rahim.

Gejala Umum Kanker Leher Rahim

Kanker Leher Rahim merupakan kanker yang sulit dideteksi secara fisik. Kanker Leher Rahim dapat dipelajari dari beberapa gejala umum yang terjadi, di antaranya :

1. Keluar cairan encer dari vagina, biasa disebut keputihan. Pada stadium lanjut cairan akan berwarna kuning kemerahan dengan bau yang sangat menyengat.

2. Terjadi pendarahan abnormal sesaat setelah melakukan hubungan seksual dan harus diwaspadai.

3. Timbul pendarahan setelah memasuki pascamenopause/menopause.

4. Timbul rasa gatal berlebihan pada vagina, terkadang timbul koreng di bagian dalam vagina.

5. Periode menstruasi, keluarnya darah menstruasi melebihi normal.

6. Rasa nyeri di bagian bawah perut, melilit, mirip dengan perut kembung.

7. Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, dan kelelahan.

8. Nyeri Panggul, punggung dan tungkai.

9. Nyeri setelah berhubungan intim.

10. Nyeri saat buang air kecil.

11. Sulit tidur, badan dan kaki sering pegal-pegal

12. Keluar air kemih dan tinja dari vagina.

Kanker yang telah bermetastase (menyebar) dapat menyebabkan sembelit, keluar darah saat berkemih, pembukaan leher rahim abnormal, serta gangguan pada kandung kemih.


STAGING (Pembagian Stadium Kanker Leher Rahim)

Pembagian stadium Kanker serviks berdasarkan IFOG (Internasional Federation of Obstetrict and Ginecology) :

· Stadium 0 : yang dikenal dengan karsinoma insitu, cervical intraepithelial neoplasia 3 (CIN 3).

· Stadium I : pada stadium ini karsinoma hanya terbatas pada serviks (perluasan ke korpus

uteri harus dikesampingkan).

Stadium Ia : karsinoma preklinis, hanya dapat didiagnosis dengan menggunakan mikroskop. Invasi stromal dengan kedalaman maksimal 5,0 mm dan perluasan horizontal ≤ 7,0 mm. Kedalaman invasi harus tidak melebihi 5,0 mm dari basal epithel jaringan asal superfisial atau glanduler. Keterlibatan vascular space-venous atau limfatik tidak mengubah stadium.

Stadium Ia (1) : Kedalaman invasi stromal ≤ 3,0 mm, perluasan horizontal tidak melebihi 7,0 mm.

Stadium Ia (2) : Kedalaman invasi stromal > 3,0 dan ≤ 5,0 mm, perluasan horizontal tidak melebihi 7,0 mm.

Stadium Ib : Lesi-lesi yang tampak secara klinis terbatas pada serviks atau kanker preklinis yang lebih besar pada stadium Ia.

Lb (1) : Lesi ≤ 4 cm

Lb (2) : Lesi > 4 cm

· Stadium II : Karsinoma meluas di luar serviks, tetapi belum sampai dinding pelvis. Karsinoma

tumbuh ke dalam vagina, tetapi tidak sampai sepertiga bagian bawah.

Stadium IIa : Tidak ada perluasan ke dalam parametrium

Stadium Iib : Adanya perluasan ke dalam parametrium

· Stadium III : Karsinoma telah meluas sampai dinding pelvis, pada pemeriksaan rektal tidak

terdapat ruangan bebas karsinoma antara tumor dan dinding pelvis, tumor tumbuh sampai sepertiga bagian bawah vagina. Adanya hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi masuk dalam stadium ini, kecuali disebabkan karena kelainan lain.

Stadium IIIa : Tidak ada perluasan sampai dinding pelvis, tetapi pertumbuhan

tumor sampai sepertiga bawah vagina.

Stadium IIIb : Adanya perluasan sampai dinding pelvis, yang bisa menyebabkan

tidak berfungsinya organ ginjal.

· Stadium IV : Karsinoma telah meluas sampai di luar pelvis minor atau secara klinis telah

tumbuh ke dalam mukosa kandung kencing atau rektum (terbukti dari hasil

biopsi).

Stadium IVa : Pertumbuhan tumor ke dalam organ-organ sekelilingnya.

Stadium IVb : Perluasan organ-organ jauh.

Faktor Risiko Timbulnya Kanker Leher Rahim

Diantaranya :

1. Memiliki banyak pasangan seks (berganti-ganti pasangan). Semakin banyak jumlah pasangan seks anda, juga semakin banyak jumlah seks dari pasangan anda maka semakin besar pula anda terinfeksi HPV (Human Papilloma Virus).

2. Melakukan aktivitas seksual sejak dini/pada usia muda. Melakukan seks sebelum usia 18 tahun akan memperbesar risiko terinfeksi HPV. Sel yang belum matang (immature) tampaknya lebih rentan terhadap perubahan menjadi prakanker yang dapat disebabkan oleh HPV.

3. Memiliki penyakit menular seksual. Jika anda memiliki penyakit menular seksual yang lain seperti klamidia, gonorrhea, sifilis, atau HIV/AIDS ada kemungkinan anda terinfeksi HPV.

4. Sistem Imun yang lemah. Kebanyakan perempuan yang terinfeksi HPV tidak menderita kanker serviks. Namun, jika anda terinfeksi HPV dan sistem imun anda melemah karena kondisi kesehatan lain, anda kemungkinan akan menderita kanker serviks.

5. Merokok, mekanisme yang menghubungkan merokok dan kanker serviks tidak diketahui. Namun, penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko perubahan prakanker menjadi kanker, seperti kanker serviks. Kebiasaan merokok meningkatkan risiko kanker leher rahim 2 kali lipat, karena kandungan zat-zat kimianya dapat menyebabkan kerusakan sel-sel leher rahim. Kanker ini jarang menyerang anak-anak di bawah 15 tahun. Pemeriksaan rutin melalui pap smear terbukti efektif mendeteksi kanker secara dini. Merokok dan infeksi HPV dapat bersama menyebabkan kanker serviks.

6. Trauma pada leher rahim akibat persalinan

7. infeksi dan iritasi menahun juga meningkatkan risiko terjadinya kanker leher rahim

8. Pemakaian pil KB

Deteksi Dini Kanker Leher Rahim

Untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium dini, dapat dilakukan dengan metode yang mudah dan biaya murah, yaitu dengan metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah cara sederhana, tetapi efektif untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin.

Tes IVA dilakukan dengan cara mengoleskan asam asetat 3-5 % pada permukaan mulut rahim. Hasilnya dapat diketahui langsung pada saat pemeriksaan. Pemeriksaan ini berbeda dengan pap smear yang memerlukan waktu untuk mendapatkan hasilnya.

Pemeriksaan dengan metode ini bisa dilakukan oleh bidan atau dokter di puskesmas atau di tempat praktik bidan dengan biaya yang senderung lebih ekonomis. Pada hasil pemeriksaan apabila terdapat tanda adanya gejala kanker, pemeriksaan sebaiknya dilanjutkan dengan pap smear di laboratorium atau gynescopy oleh dokter ahli kandungan.


Pencegahan Kanker Leher Rahim

Diantaranya :

1. Melakukan pemeriksaan teratur dengan tes pap smear setiap tahun bagi perempuan berusia di atas 25 tahun

2. Telah menikah, dan sudah mempunyai anak

3. Penggunaan alat kontrasepsi sebaiknya dengan metode penghalang seperti diafragma atau kondom

4. Hindari antiseptik. Hindari kebiasaan mencuci vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptik ataupun deodoran karena akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker.

5. Cara hidup juga harus diubah, misalnya menghentikan kebiasaan merokok, menjaga kebersihan genital, serta menghindari hubungan seks pada usia muda atau berganti-ganti pasangan

6. Konsumsi sayuran dan buah segar harus diperbanyak untuk menambah pasokan zat antioksidan dalam tubuh.

Pengobatan :

1. Medis

Pengobatan kenker serviks uteri dapat dilakukan dengan berbagai modalitas terapi. Terapi kanker serviks uteri berdasarkan stadiumnya adalah sebagai berikut :

Stadium Ia (1) : Histerektomi Ekstrafasial. Bila fertilitas masih diperlukan, dilakukan konotasi

dan dilanjutkan dengan pengamatan lanjut.

Stadium Ia (2) : Operasi 1 (Histerektomi radikal atau modifikasi (tipe 2) dan limfadenektomi

pelvis 2. Histerektomi ekstrafasial dan limfadenektomi pelvis bila tidak ada invasi limfofaskuler 3. Konosasi luas atau trakhelektomi radikal dengan limfadenektomi laparoskopi kalau fertilitas masih dibutuhkan. Radioterapi (radiasi luar) dan brakiterapi (dosis titik A 75-80 Gy).

Stadium Ib (1)/IIa 4 cm : Hindari gabungan operasi dengan radiasi untuk mengurangi

morbiditas. Operasi (1) Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis,± sampel kgb para-aorta 2. Pada usia muda, ovarium dapat dikonservasi 3. Terapi adjuvan kemoradiasi pascabedah (dengan cisplatin ± 5-FU) bila ada faktor risiko kgb (+), parametriun (+), tepi sayatan (+). Radioterapi (radiasi luar) dan brakiterapi (dosis titik A 80-85 Gy).

Stadium Ib (2)/IIa > 4 cm : Kemoradiasi (radiasi luar) dan brakiterapi serta pemberian

cisplatin 40 mg/m2/minggu selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para-aorta (+) lapangan radiasi diperluas. Operasi Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis. Neoadjuvan kemoterapi (cisplatin 3 seri) diikuti Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis.

Stadium IIb, III, dan IVa : Kemoradiasi (radiasi luar) dan brakiterapi serta pemberian

cisplatin 40 mg/m2/minggu selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau
para-aorta (+) lapangan radiasi diperluas. Eksenterasi, dapat dipertimbangkan pada IVa
bila tidak meluas sampai dinding panggul, terutama bila ada fistel rektovaginal dan
versikovaginal.
Stadium IVb atau residif : Residif lokal sesudah operasi :

1. Radiasi + kemoterapi (cisplatin ± 5-FU). 50 Gy bila lesi mikroskopik dan 64-66 Gy pada tumor yang besar.

2. Ekstenterasi kalau proses tidak sampai dinding panggul.

2. Adjuvan

Hal penting lain yang harus dipertimbangkan adalah mengevaluasi hasil operasi secara komprehensif karena pengobatan tambahan/adjuvan didasarkan pada berbagai faktor. Pilihan terapi adjuvan yang bisa diberikan adalah kemoradiasi, kemoterapi, atau hanya radiasi. Faktor prognosis yang digunakan saat ini meliputi faktor kliniko-patologik, yaitu umur, stadium, besar lesi, jenis histologi, derajat diferensiasi, deep servical stromal invasion, invasi limfa-vaskuler, dan metastasis kelenjar getah bening. Sedangkan, faktor biomolekuler yang banyak diteliti adalah molekul adesi sel E-kaderin dan katenin, enzim protease MMP, kaptensis D heparanase. Petanda biomolekular indeks DNA, Gen supresor p53 dan berbagai proto-onkogen misalnya Epifermal Growth Factor (EGFR).

3. Herbal

Pengobatan Herbal lebih simpel dan memiliki daya sembuh yang kuat tanpa efek samping meskipun
berjalan pelan tepat pada sasarannya. Dan bagi anda/orang tua/saudara/tetangga/sahabat/teman yang
sampai saat ini masih mengeluhkan musibah berupa penyakit ringan atau pun berat dan belum
mendapatkan solusi/jalan keluar dalam pengobatan, tidak ada salahnya untuk merujuk ke pengobatan
herbal sebagai salah satu ikhtiar anda. Dan yang pasti Jangan pernah putus asa, karena setiap penyakit
pasti ada obatnya (kecuali maut/kematian). Bila anda memerlukan informasi lebih lanjut bisa
menghubunngi di no 021-99826827 (purwo). Terima kasih semoga anda mendapatkan solusi yang
terbaik bagi orang yang anda sayangi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar